Migrasi Suku Dayak

Budiarto



Jika kita merujuk pada banyak temuan tentang migrasi suku bangsa Austronesia maka Orang Dayak dapat digolongkan dalam rumpun bangsa Austronesia. Mereka diyakini merupakan percampuran antara bangsa Kaukasus di Eropa Timur dengan bangsa Mongolia di Benua Asia. Dari Benua Asia ini mereka kemudian menyebar ke arah selatan menuju kawasan Nusantara.

Ada dua pendapat atau teori yang menjelaskan tentang tanah asal usul dan proses perpindahan suku bangsa Austronesia ke Kawasan Nusantara. Teori pertama dikemukakan oleh P dan F Sarasin (1892-1893), yang kemudian didukung oleh Heine-Geldern (1932). Collins (1989) meringkaskan pendapat dari P dan F Sarasin bersaudara di atas sebagai berikut “Suku-suku asli di rantau ini, kononnya orang Vedda. Mereka didesak oleh pendatang baru dari Benua Asia lebih kurang 5000 tahun yang lalu. Pendatang ini berhijrah ke pesisir Asia Tenggara, termasuk perpulauannya dan memencilkan suku asli tersebut. Penghijrahan itu dinamakan Melayu Proto. Sesudah 3.000 tahun, mereka pula yang didesak dengan gelombang penghijrahan yang baru yang dinamakan Melayu Deutro. Karena kedua-dua kelompok, Proto dan Deutro ini, berasal dari daerah dan sumber budaya dan bangsa yang sama, maka mereka bergaul dan berpadu, kecuali di beberapa daerah pedalaman yang hingga kini masih memperlihatkan kebudayaan Melayu Proto. Sementara Hendrik Kern (1889) menyatakan bahwa rumpun Austronesia berasal dari Cina Selatan atau bagian utara Vietnam dan kemudian berpindah ke arah Selatan menuju Asia Tenggara melalui beberapa buah sungai yang mengalir di tempat itu.

Collins (1989) sendiri sependapat dengan Bellwood (1985) tentang proses migrasi orang Austronesia yang terjadi di Asia Tenggara. Collins meringkaskan pendapat Bellwood sebagai berikut “Sekurang-kurangnya 7.000 tahun yang lalu perintis Austronesia berlayar dari daratan Cina (mungkin Zheijang atau Fujian) dan mendiami Pulau Taiwan. Setelah bermukim di pulau itu selama seribu tahun, terjadi migrasi sebagian orang Austronesia ini ke arah selatan. Seterusnya melalui Kepulauan Filipina ke arah barat ke Pulau Borneo dan ke arah timur ke Pulau Maluku. Pulau-pulau Nusantara dan Oseania lainnya didiami kemudian ketika ilmu pelayaran serta teknologi lain makin meningkat. Dari kedua pendapat di atas diketahui bahwa semua setuju dengan pendapat mengenai tanah asal usul suku bangsa Austronesia di Benua Asia.

Bangsa Austronesia adalah hasil perkawinan antara bangsa Mongolia dengan Kaukasus (lihat Simon Takdir, 2002). Jadi sebelum terjadi proses migrasi ke kawasan Nusantara, telah terjadi perkawinan antara kedua suku bangsa ini. Bangsa Austronesia berimigrasi melalui empat buah sungai besar yang menga lir sejajar dari Asia tenggara ke arah selatan menuju lautan Indonesia dan Laut Cina Selatan. Keempat buah sungai tersebut adalah Sungai Irawadi, Menam, Mekong, dan Salween.

Diperkirakan kelompok yang melakukan imigrasi ini terdiri dari kelompok petani, pemburu, dan pengumpul makanan. Kelompok petani diperkirakan lebih maju teknologi pelayarannya dibandingkan dengan kelompok pengumpul makanan. Kelompok ini memprakarsai dan mempelopori pelayaran menyeberangi laut menuju kawasan Nusantara (lihat Bellwood, 1985). Kelompok ini kemudian banyak yang menyebar ke seluruh kawasan Nusantara. Ada juga yang sampai di Pulau Kalimantan dan kemudian memasukinya melalui beberapa sungai besar yang banyak tersebar di sepanjang tepi pantai di Pulau Kalimantan.

Sebelum kedatangan bangsa Austronesia, terdapat suku bangsa Negrito di Pulau Kalimantan tetapi jumlahnya sedikit. Dengan masuknya orang Austronesia diperkirakan telah terjadi perkawinan campur antara bangsa Negrito dengan pendatang Austronesia. Hal ini dapat kita saksikan lewat ciri-ciri fisik orang Dayak, misalnya ada orang Dayak yang berkulit putih atau sawo matang, rambut lurus, mata sipit, bertubuh sedang, tetapi ada juga orang Dayak yang bertubuh pendek, rambut keriting dan berkulit hitam. Proses percampuran ini kemudian lebih didominasi oleh bangsa Austronesia, maka jadilah orang-orang Dayak yang ada sekarang ini dengan beragam bentuk fisik, bahasa, subsuku yang tersebar di sebagian besar Pulau Borneo.

Sewaktu orang-orang Austronesia masuk Pulau Kalimantan, mereka mendapati pulau ini masih berbentuk hutan belantara. Kemudian mereka hidup di dalam belantara ini, bergaul dengan alam dan menyatu dengan alam, hutan, sungai dan terbiasa dengan kekuatan-kekuatan alam. Pengaruh alam paling banyak menentukan perkembangan budaya dan peradaban yang mereka miliki (lihat Albertus, 2003). Walaupun demikian, pada tahun-tahun awal masehi sekitar abad keempat masehi, terdapat pengaruh Hindu terhadap budaya Dayak di Pulau Borneo. Pengaruh Hindu sampai sekarang masih mewarnai budaya Dayak


Produk Lainnya

Belajar Bisnis Oriflame

Mas Arto -

Website ini tidak ada sangkut paut dengan Kanjeng Gusti Sinuwun Sri Sultan Hamengkubuwono, hanya sebuah catatan acak tentang kekayaan negeri tercintaku Indonesia - Proud tobe an Indonesian.