Indonesia di Asia Tenggara

Budiarto

Posisi Indonesia di Asia Tenggara dalam konstelasi politik sejak selesainya Perang Dunia II atau khususnya setelah selesainya Perang Asia Timur Raya, merupakan daerah jajahan yang paling pertama kali menyatakan kemerdekaannya terhadap dunia 17 Agustus 1945. Secara faktual negara baru ini merupakan negara yang man-powernya terbanyak dan terkuat dengan wilayah yang terbesar, yang proklamasinya paling tegas anti penindasan, dan falsafah kenegaraannya benar-benar merupakan refleksi kepripadiannya sendiri, dengan perspektif untuk merealisasika  kehidupan bangsanya yang adil dan makmur.

Posisi Indonesia di Asia Tenggara
Indonesia di Asia Tenggara

Negara-negara asing melihat negara yang baru ini masing-masing dari segi kepentingannya sendiri. Hal ini berhubungan erat dengab adanya kepentingan mereka di Indonesia dalam bidang perkebunan, pertambangan, dan perusahaan-perusahaan yang lain. Dari segi inilah dapat kita maklumi tindakan-tindakan Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaan di Indonesia, peranan Inggris dan kemudian Amerika Serikat melalui PBB sebagai mediator dalam penyelesaian perselisihan Indonesia dengan Belanda.

Adanya dua blok kekuatan setelah Perang Dunia II yaitu blok Amerika Serikat dan blok Uni Soviet, keduanya sama-sama mencari pengikut terutama bagi negara-negara yang baru muncul dan baru berkembang sehingga menjadikan Asia Tenggara sebagai suatu temapat pertarungan yang sengit. Setiap negara yang merdeka secara subyektif dan idiologis khususnya Asia Tenggara menginginkan suasana kehidupan yang bebas dan merdeka sesuai kepribadian masing-masing, bersih dari tekanan atau pengaruh dari manapun juga datangnya.

Negara-negara asing yang banyak memegang peranan di Asia Tenggara setelah PD II itu adalah Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Prancis dengan pusat-pusat seperti Philipina (Amerika Serikat), Malaya sekarang Malaysia (Inggris), Indo China sekarang Vietnam (Perancis), dan Indonesia (Belanda). Warisan mereka yang berasal dari masa sebelum PD II ingin mereka abadikan kembali setelah perang selesai, sebagai warisan sejarah yag tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun.

Pengalaman dalam PD II dimana muncul peranan Jepang di Asia Tenggara, memberikan pelajaran yang pahit kepada kekuasaan Eropa. Dalam perang mereka melawan Jepang terlihat betapa pentingnya Singapura dan Surabaya sebagai pelabuhan yang sangat strategis letaknya.

Pergolakandan revolusi yang dasyat sejak proklamasi kemerdekaannya membawa pula pengaruh posisi Indonesia di Asia Tenggara bagi Indo China (Vietnam), Muang Thai, Birma, Philipina, dan Malaya sekarang Malaysia. Negara-negara asing yang lain seperti Amerika Serikat di Philipina dan Inggris di Malaya sangat terganggu dengan adanya pergolakan di Indonesia.

Belanda yang lemah dan sakit-sakitan setelah PD II mencoba dengan seluruh potensi bangsanya untuk tetap memiliki Indonesia. Pandangan Belanda yang kolot menghalang-halangi tercapainya penyelesaian di Indonesia dengan cara yang terhormat. Akibatnya kelak untuk menciptakan hubungan yang normal kembali dengan Indonesia relatif diperluka  jangka waktu yang lama.

Produk Lainnya

Belajar Bisnis Oriflame

Mas Arto -

Website ini tidak ada sangkut paut dengan Kanjeng Gusti Sinuwun Sri Sultan Hamengkubuwono, hanya sebuah catatan acak tentang kekayaan negeri tercintaku Indonesia - Proud tobe an Indonesian.